SENTANI, KABARTANAHMERAH.COM – Simak informasi sosok AKBP Fredrickus W. A. Maclarimboen, S.IK., M.H., mantan Kasubdit III Direskrimum Polda Jawa Barat yang telah kurang lebih dua tahun menjabat sebagai Kapolres Jayapura.
AKBP Fredrickus W. A. Maclarimboen merupakan alumni Akpol 2002.
Sebelum diangkat menjadi Kapolres Jayapura, AKBP Fredrickus Maclarimboen terlebih dahulu sekolah Sespim di Polda Jawa Barat, Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Adapun, ia menjabat menjadi Kapolres Jayapura sejak 16 Juni 2021, menggantikan AKBP Victor D. Mackbon, yang saat itu ditugaskan sebagai Kapolres Jayapura Kota.
AKBP Fredrickus Maclarimboen setelah sekolah Sespim di Lembang, Bandung, Jawa Barat, ia menjabat sebagai Kasubdit III Direskrimum Polda Jawa Barat.
Tak hanya itu, alumni Akpol 2002 tersebut juga merupakan pencetus ide program Gabus (Gerakan Baca Tulis) dan Colo (Celup) Sagu yang menjadi program pertama di Polda Papua.
Di samping itu, ia juga dikenal dan pernah menjabat sebagai Wakapolres Manokwari yang saat itu ada proses pemisahan antara Polda Papua dan Polda Papua Barat. Sehingga saat itu Polres Manokwari, Papua Barat itu menjadi personil Polda Papua Barat.
Saat pertama menjabat, dia mengaku punya misi ingin dekat dengan masyarakat lewat dua program tersebut.
“Sebenarnya program Gabus inikan kita melihat pada program yang sudah ada. Di mana, Polda Papua itu dari dulu hingga saat ini masih punya program Binmas Noken itu dijabarkan lagi dalam beberapa kegiatan. Yakni, ada namanya Kasuari (Kesejahteraan untuk Anak Negeri), terus ada Tifa (Torang Insan Faham Adat), juga ada namanya Si Ipar (Polisi Pi Ajar) yang sudah sejak lama itu berlangsung di Polda Papua,” kata AKBP Fredrickus Maclarimboen, pada Kamis, 22 Juni 2023 di Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Lanjut ia mengatakan, program Si Ipar (Polisi Pi Ajar) itu cuma melihat target dan sasaran, serta output dari program Si Ipar itu sendiri belum menyentuh terhadap permasalahan yang ada di Bumi Khenambay Umbay.
“Di tambah lagi dengan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di daerah ini cukup banyak. Ketika kita berhadapan dengan permasalahan masyarakat itu kita temukan masih banya juga warga yang belum bisa baca tulis. Nah, disitulah mereka menjadi korban dengan berbagai alasan,” kata pria kelahiran 11 Maret 1980.
Selain itu, katanya, apa yang harus menjadi kontribusi Polisi di daerah ini dan melihat permasalahan tersebut. Dengan membaca, paling tidak orang punya wawasan dan pengetahuan baru.
“Nah, coba kita mulai dengan program mengajar kepada mereka yang buta aksara atau terkenal dengan nama buta huruf itu. Tentunya, untuk menjadi tutor itu membutuhkan sedikit keterampilan. Dari situlah, bincang-bincang antara saya dengan Kasat Binmas, apa yang harus dibuat oleh Polres Jayapura. Sehingga kita latih Bhabinkamtibmas Polres Jayapura selama kurang lebih empat hari oleh BP PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” katanya.
“Jadi, kita yang undang BP PAUD datang sebagai tutor untuk melatih para Bhabinkamtibmas pada Desember 2021. Setelah mereka ikuti latihan dan di bulan Januari 2022 mulai berjalan. Namun ada hal-hal yang kurang, sehingga kita melakukan pendekatan dengan cara manusiawi (humanis). Kemudian, kita coba ngomong dengan teman-teman Polwan dan di bulan Februari kembali kita melatih anggota Polwan kita dengan tutor yang sama dari Kemendikbud,” tambahnya.
Setelah mengikuti pelatihan selama empat hari, anggota Polwan Polres Jayapura langsung dibagi setiap lokasi untuk turun ke lapangan.
Adapun tujuan atau output yang diharapkan dari program Gabus ini adalah dapat memberantas atau mengurangi buta aksara, terus mendekatkan interaksi Polisi dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan dalam konteks pendidikan.
“Konteksnya itu, dan memang mendapat respon yang cukup baik. Artinya, dengan pendidikan itu sudah tidak ada lagi jarak ketika Polisi melaksanakan interaksi dengan masyarakat. Sehingga program ini memang mendapat respon cukup baik dari sejumlah masyarakat, terutama kepada mereka yang menjadi warga Gabus,” paparnya.
Untuk di Polsek-polsek itu, pihaknya kerahkan semuanya dari para Bhabinkamtibmas untuk melakukan program Gabus ini.
“Memang saya sampaikan jangan kita melihat daripada kuantitas saja, tetapi kita lihat bagaimana kualitas dari progam ini. Satu orang saja untuk sasaran dari program itu tidak ada masalah. Contohnya, Kanit Binmas di bandara yang mempunyai warga Gabus hanya satu orang,” cetusnya.
“Kemudian, ada respon baik juga datang dari Distrik Kemtuk itu ada bekas rumah yang dipakai oleh distrik itu dipinjam pakaikan kepada Polsek setempat untuk dijadikan Rumah Gabus dan hingga saat ini masih berjalan interaksinya. Dulunya malam hari di obhe-obhe (pendopo adat). Tetapi begitu ada rumah Gabus, anak-anak sudah kumpul malam harinya di rumah tersebut. Program ini juga ada di Depapre, yaitu Kapolsek yang lama sudah bangun rumah baca,” tukasnya.
Dalam hal mempertahankan eksistensi dari Program Gabus tersebut, pihaknya bakal mengajak para trigger dari pemuda, untuk terlibat dalam konteks pemberantasan buta aksara di Bumi Khenambay Umbay.
“Memang secara statistik itu kita belum hitung secara detail, tapi memang ada sedikit perubahan dari program ini. Contohnya, tahun lalu itu kita sudah ujikan sekitar 12 orang untuk mendapatkan SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) dan menariknya dari Sukma itu rata-rata orang dewasa dengan berbagai motivasi untuk mengikuti program Gabus,” kata Fredrickus Maclarimboen.
“Selanjutnya, orientasi dari mama-mama yang ingin mengikuti Gabus itu, karena mereka ingin membaca Alkitab. Walaupun sampai saat ini kita belum bisa suplai Alkitab kepada mereka, karena belum ada stok. Kemudian, alasan kedua itu karena mereka tidak mau lagi di tipu-tipu, jadi mereka ini sudah mulai ada pemahaman untuk melek aksara,” tukasnya.
Awalnya program itu bernama Gabus Sentani, namun karena terlalu panjang hingga diperpendek menjadi Gabus.
“Sebenarnya mengangkat nama Gabus itu, untuk memudahkan kita mengingat kembali. Yaitu, mengangkat bahasa lokal untuk memudahkan kita dalam berinteraksi kepada masyarakat. Nama Gabus itu terinspirasi dan datang dari teman-teman Binmas saat melakukan diskusi untuk mencari singkatan dari program tersebut,” tuturnya.
“Harapannya, ketika bisa baca tulis itu dia sudah bisa kembangkan diri. Juga bisa menyaring atau memfilter setiap informasi. Apalagi selama inikan dia cuma mendapat informasi itu ketika dia melihat secara visual dan mendengar secara audio. Sehingga lebih memudahkan dia dalam berinteraksi dan juga saat melakukan transaksi dalam kesehariannya. Karena rata-rata yang ikut program ini adalah mama-mama kita yang berjualan, walaupun ada juga dari anak-anak usia sekolah,” paparnya.
Berikut jejak karir AKBP Fredrickus Maclarimboen
Pria Alumni Akpol tahun 2002 itu, mendapat penempatan pertama di Polres Minahasa dan Polresta Menado.
Kemudian, lanjut sekolah PTIK dan mendapat penempatan di Polda Papua itu di Polres Sorong Kota, Polres Nabire, Polres Manokwari dan hingga Polda Papua Barat yang saat itu sudah terpisah dari Polda Papua.
Terus lanjut sekolah Sespim, usai sekolah mendapat penempatan di Polda Jawa Barat sebagai Kasubdit III Direskrimum Polda Jawa Barat dan setelah itu penempatan di Polda Papua dan menjabat sebagai Kapolres Jayapura. (*)
Editor: Isco