SENTANI, KABARTANAHMERAH.COM – Jika sebelumnya di artikel pertama (part I), Kapolres Jayapura, AKBP Fredrickus W. A. Maclarimboen, S.IK., M.H., menjelaskan terkait program Gabus (Gerakan Baca Tulis), kini di artikel kedua mantan Kasubdit III Direskrimum Polda Jawa Barat menjelaskan program yang sekarang ini lagi viral di Bumi Khenambay Umbay yakni, Colo (Celup) Sagu.
Dalam program Colo Sagu tersebut, AKBP Fredrickus Maclarimboen bakal menjelaskan kenapa sampai Colo Sagu ini menjadi salah satu programnya saat mengemban jabatan sebagai Kapolres Jayapura yang kurang lebih dua tahun ini, sehingga program Colo Sagu ini bisa viral dan heboh di wilayah Jayapura dan sekitarnya khusus di Bumi Khenambay Umbay.
“Sebenarnya colo (celup) inikan sudah seperti kebiasaan begitu. Awalnya itukan bukan sagu, tetapi kita colo roti ampas terigu di dalam teh atau kopi hangat. Jadi, ada beberapa kali di rumah kita di rumah duduk ngobrol atau diskusi sambil colo roti ampas terigu dari Ambon-Maluku, yang biasanya mama-mama yang suka buat roti tersebut,” ujar AKBP Fredrickus Maclarimboen.
Baca juga : Ini Sosok AKBP Fredrickus Maclarimboen Sang Pencetus Gabus dan Colo Sagu Part I
“Selain itu, beberapa waktu kemudian kita minta (kue) sagu dari Serui-Waropen, lalu dikirim sagu yang warna merah dan bersama kepala Bappeda Kabupaten Jayapura itu kita duduk diskusi sambil colo sagu,” sambung pria lulusan Akpol tahun 2002 itu.
Lanjut Kapolres Jayapura juga mengatakan, ada nuansa yang berbeda ketika bersama-sama melakukan atau berkumpul saling berdiskusi sambil colo sagu maupun roti.
“Saat duduk bersama itu, kita munculkan ide apa yang bagus kita angkat untuk berdiskusi terkait pembangunan dan menjaga kondusifitas daerah. Ternyata, colo sagu itukan sebagai sarana adanya interaksi komunikasi di antara keluarga, kerabat dan juga lingkungan. Sehingga kita coba angkat yang lebih luas lagi dalam membangun komunikasi interaksi dengan berbagai stakeholder dan akhirnya kita buat colo sagu sambil cerita sedikit tentang sagu, itu tujuan pertama dari colo sagu,” jelasnya.
Mama-mama penjual (kue) sagu untuk saat inikan sudah mulai jarang terlihat, mereka kembali jualan disaat ada pesanan sagu saja. “Jadi, mama-mama kita ini sudah tidak kontinyu berjualan sagu atau situasional saja. Sehingga kita coba angkat jualan mereka dengan kita lakukan colo sagu bakar. Karena sudah sering dengan kata-kata colo sagu, yang mana sudah identik dengan nama itu maka kita buat colo sagu,” imbuhnya.
“Sebenarnya dua hal itu yang menggerakkan untuk melakukan kegiatan ini. Ternyata hal ini dianggap baik dan mendapat respon positif. Nah, kita coba lakukan kegiatan tersebut, dan jangan hanya sekedar makan sagu saja. Tetapi, bagaimana kita budidayakan dan kembangkan sagu tersebut. Dengan harapan, hutan sagu yang terdapat di Kabupaten Jayapura ini tidak berkurang. Sekalipun pemiliknya itu berganti orang, namun tetap yang ada diatas lahan itu harus pohon sagu. Sehingga pohon sagu itu harus ada sampai terus menerus,” ujarnya menambahkan.
Ternyata (pohon) sagu itu memiliki banyak filosofi atau makna, AKBP Fredrickus pun mengakui baru mengetahui banyak makna dari sagu itu ketika ada interaksi atau diskusi tentang colo sagu.
“Disitu ada kebersamaan, juga ada kegotongroyongan dan saling support satu sama lain. Kemudian, sagu itu tegak lurus dan sagu itu juga tidak tumbuh sendiri. Namun ada tumbuhan lain yang menyertai, artinya dalam kehidupan sehari-hari kita seperti itu. Ketika sagu hendak di panen di masa usianya itu, bukan satu dua orang saja yang melakukanya namun melibatkan banyak orang,” bebernya.
Misalnya, siapa yang nanti tebang, siapa yang nanti bersihkan, siapa yang belah baru di tokok, kemudian siapa yang nanti peras kalau sudah menjadi endapan sagu dan terakhir itu siapa yang akan mengolah sagu ini menjadi seperti kue atau makanan.
“Jadi, ada proses yang begitu panjang dan juga sudah terbagi dengan bidang tugasnya masing-masing. Nah, inilah sebenarnya tujuan dan makna dari program Colo Sagu yang kita buat hingga saat ini, dengan sudah melakukan berbagai kegiatan dan terakhir kita sudah melakukan penanaman pohon sagu baru-baru ini yang bertepatan dengan hari ulang tahun pak Presiden Jokowi dan juga sambut peringatan Hari Bhayangkara Ke-77 tahun ini,” cetusnya.
“Kemudian, kita juga dalam waktu dekat ini akan melakukan kegiatan festival Colo Sagu dengan melibatkan berbagai stakeholder untuk meramaikan festival tersebut,” tukas Kapolres Fredrickus.
Berikut jejak karir AKBP Fredrickus Maclarimboen, S.IK., M.H.
Pria Alumni Akpol tahun 2002 itu, mendapat penempatan pertama di Polres Minahasa dan Polresta Menado.
Kemudian, lanjut sekolah PTIK dan mendapat penempatan di Polda Papua itu di Polres Sorong Kota, Polres Nabire, Polres Manokwari dan hingga Polda Papua Barat yang saat itu sudah terpisah dari Polda Papua.
Terus lanjut sekolah Sespim, usai sekolah mendapat penempatan di Polda Jawa Barat sebagai Kasubdit III Direskrimum Polda Jawa Barat dan setelah itu penempatan di Polda Papua dan menjabat sebagai Kapolres Jayapura dari tahun 2021 hingga 2023. (*)
Editor: Isco