SENTANI, KABARTANAHMERAH.COM – Tahukah Kalian tentang Festival Danau Sentani ( FDS ) event tahunan yang selalu digelar di Kabupaten Jayapura khususnya di masyarakat adat Sentani ternyata mempunyai sebutan tersendiri secara adat atau dalam bahasa lokal.
FDS itu sendiri ternyata secara adat merupakan warisan tradisi leluhur dari masyarakat Sentani yang di kemas dalam Event dengan konsep wisata oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura.
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2003 oleh seorang arkeolog asal Sentani Elvis Sebastian Kabey, S.Sos., M.Si., yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Kelembagaan di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Kabupaten Jayapura. Ia menyampaikan kepada media ini di Sentani pada 29 Mei 2022, bahwa FDS harus dipertahankan karena di dalamnya mengandung atraksi budaya masyarakat adat Sentani yang pernah dilakukan oleh leluhur.
Berdasarkan catatan penelitian darinya, Elvis Kabey menjelaskan Festival Danau Sentani ( FDS ) dalam bahasa Sentani juga disebut Bhuyakha Meyauw Wakhu ( BMW ), sebutan atau nama tersebut telah terdaftar pada pencatatan sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal ( K.I.K ) dan FDS sendiri merupakan wujud dari tradisi leluhur masyarakat adat Sentani yang diwariskan.
Penggunaan nama tersebut berdasarkan istilah Akho Meyauw – Nakhe Meyauw yang sebelumnya digunakan oleh leluhur orang Sentani yang hidup di masa lampau untuk menyebut pesta Adat memperingati jasa – jasa baik, terutama kerja – kerja heroik yang dilakukan oleh massa adat itu sendiri.
Adapun pesta tersebut terdiri dari beberapa ritual, seperti ritual mencari ikan di perairan danau, berburu, meramu di hutan, menghalau terik matahari dengan mendatangkan awan-mendung, membangkitkan semangat peserta pesta dan ritual kesejahteraan setelah pesta. Itu semua ditampilkan agar tatanan adat itu tetap lestari dengan sistem kesatuan hidup setempat yang terjalin erat dengan lingkungan alam sekitar komunitas itu berada.
Namun pesta dengan nama tersebut telah tiada bersamaan dengan pemusnahan rumah pendidikan khombo beserta materi dan sistem yang terdapat didalamnya, maka dengan hadirnya FDS kembali di lestarikan pesta – pesta adat tersebut.
Lanjut, ada beberapa istilah dalam bahasa Sentani yang digunakan untuk menyebut pesta yang diselenggarakan ditingkat kampung, seperti Yo Meyauw Yo Wakhu itu istilah untuk pesta yang diselenggarakan oleh kampung dalam rangka pejabat funsional kampung yang telah tiada dalam waktu yang tidak lama, pesta penobatan kepala Clan/Khoseloo, pesta penobatan Kepala Adat/Ondofolo dan juga pesta yang disebut dengan istilah Akho Meyauw Nakhe Meyauw, semua pesta ini disebut dengan Yo Meyauw Yo Wakhu.
Menurut terjemahan istilah Yo Meyauw terdiri dari empat kosa kata, ( Yo ) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kampung, ( Me ) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut salah satu anggota tubuh yaitu tangan, dalam kaitan dengan pelaksanaan pesta adat istilah ( Me ) lebih cendrung kepada penanganan pesta atau juga penyelenggaraan pesta adat.
Sedangkan istilah ( Yauw ) digunakan untuk menyebut halaman rumah, hamparan atau dataran yang luas tempat diselenggarakanya sebuah pesta adat.
Sedangkan untuk sebutan ( Wakhu ) adalan alat musik menabuh yang kita kenal dengan nama Tifa, hingga saat ini masih dilestarikan dan digunakan dalam berbagai pesta adat oleh masyarakat adat Sentani.
Demikian beberapa sebutan pesta adat yang menjadi referensi untuk menyebut Festival Danau Sentani dengan nama lokal “Buyakha Meyauw Wakhu”.
Editor: IscoSumber: Victor Done