JAYAPURA, KABARTANAHMERAH.COM – Petronela Merauje merupakan salah satu sosok wanita Papua asal Kampung Enggros Kota yang masuk dalam nominasi calon penerima penghargaan Kalpataru tahun 2023 kategori pembina lingkungan.
Seperti diketahui penghargaan Kalpataru tahun 2023 tersebut diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup kepada perorangan maupun kelompok yang dianggap berjasa dalam lingkungan.
Kalpataru diambil dari Bahasa sanskerta yang artinya pohon kehidupan. Diharapkan dari penerima Kalpataru bisa terus menumbuhkan semangat dan inspirasi, sekaligus memberi manfaat bagi orang lain.
Jan Jap Ormuseray, SH.,M.Si selaku Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua mengatakan Petronela dipilih lantaran dianggap paling menonjol dalam upaya mengadvokasi isu – isu lingkungan untuk kalangan perempuan. Dari kerja – kerja yang dilakukan berkaitan dengan lingkungan terutama upaya reboisasi hutan mangrove, Petronela juga menjadikan mangrove sebagai produk UMKM.
Dinas Kehutanan Lingkungan Hidup Provinsi Papua, melalui UPTD KPHP mensuport Petronela Merauje diusulkan untuk menjadi wakil Papua sebagai nominator penerima Kalpataru tahun 2023.
“Ini tentu membanggakan kita di Papua dan ini sangat positif,apalagi yang masuk nominasi adalah seorang perempuan asli Papua,”ucap Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua atau yang akrab disapa JJO.
JJO berharap dari penerimaan Kalpataru ini nantinya bisa terus menumbuhkan semangat dan inspirasi bagi semua orang di Papua untuk terus menjaga lingkungan.
“Jadi Petronela Merauje ini dipilih lantaran dianggap paling menonjol dalam upaya mengadvokasi isu-isu lingkungan untuk kalangan perempuan selama ini,” ungkap JJO
Hal senada juga disampaikan Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan UPTD KPHP Unit XXVIII Kota Jayapura, Jefri F.N Maurits S.Hut, M.Si bahwa berkaitan dengan penerimaan penghargaan Kalpataru tahun 2023 dari Kementrian Lingkungan Hidup dimana pada hari Sabtu 6 Mei 2023 kemarin telah dilakukan verifikasi oleh tim verifikator terhadap data yang sudah dilampirkan.
“Jadi tim verifikator yakni ibu Wezia Berkademi dari Kementerian LHK dan bapak Dion Ingot Marudut dari P3E Papua. Mereka datang langsung ke Kampung Engros untuk bertemu dengan ibu Petronela Merauje dan melakukan verifikasi datanya,”ujar Jefri.
Jefri menyampaikan, alasan pihaknya mengusulkan ibu Petronela sebagai salah satu nominator penerima penghargaan Kalpataru lantaran dianggap paling menonjol dalam upaya mengadvokasi isu-isu lingkungan untuk kalangan perempuan.
Selain itu dia cukup kreatif, banyak organisasi lingkungan yang dia ikutnya,sangat mencintai lingkungan, juga banyak kegiatan yang dibuat di Kampungnya selama ini.Selain menjadi aktifis perempuan, ia menjabat sebagai Ketua Kelompok Pembibitan Mangrove Ibayauw, Ketua Sadar Wisata Cibery dan Ketua PHKOM Ibayau di Kampung Engros.
Sementara itu dari kerja -kerja yang dilakukan berkaitan dengan lingkungan terutama upaya reboisasi hutan mangrove, ibu Petronela juga menjadikan mangrove sebagai produk UMKM. Ia juga terlibat sebagai pendorong kelompok perempuan lebih aktif melindungi kampungnya dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki.
Petronela Meraudje selain berbicara soal perlindungan hutan perempuan, ia juga berbicara soal hutan bakau termasuk dinilai mampu meningkatkan kebebasan berpendapat perempuan di Kampung Engros yang selama ini dalam adat perempuan hampir tidak memiliki ruang untuk berbicara.
“Ibu Petronela nanti akan bersaing dengan empat kandidat lainnya yakni Febri Sugana dari Sumatera Barat, Eko Sumartono dari Bengkulu, Iskandar Haka dari Aceh dana Nugroho Widiasmadi dari Jawa Tengah,” jelas Jafri.
Selain itu, ditempat yang sama Petronela Merauje merasa bersyukur, karena apa yang dikerjakannya selama ini justru mendapatkan perhatian dari Pemerintah, sehingga dirinya kini masuk dalam salah satu nominasi penerima penghargaan Kalpataru tahun 2023 kategori pembina lingkungan dari Kementrian LHK.
“Kampung Engros ini merupakan salah Kampung di Kota Jayapura yang penuh keunikan karena berada di dalam Teluk Yotefa. Kampung ini dikelilingi dengan hutan bakau,”tutur Petronela.
Jelas Petronela, dari potensi yang ada, pihaknya selama ini mencoba melakukan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan mulai dari memberikan pelatihan pembuatan sirup, pembuatan selai kepada ibu-ibu dan pemuda GKI di Tanjung Ria dimana semua bahan bakunya itu dari pohon bakau.
Editor: IscoSumber: Jack Daniel