SENTANI, KABARTANAHMERAH.COM – Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dari berbagai region yang ada seluruh Indonesia menggelar kegiatan yang bertemakan Arena Pemenuhan Dan Perlindungan Hak Kolektif Perempuan Adat Dalam Kebijakan Di Indonesia, bertempat di Horex Hotel, Kamis (20/10/2022).
Hajatan perempuan adat nusantara ini diwarnai dengan atraksi ritual adat dari mama-mama asal Dafonsoro Utara. Ritual adat ini oleh pemandu menyebutkan nama Tietiki atau sasi plar yang mengkisahkan tentang larangan menagkap ikan atau pengumpulan segala jenis biota laut yang berada dalam kawasan terumbu karang atau ref sebagai sumber kekayaan masyarakat adat pesisir tanah merah.
“Tietiki atau sasi ini biasanya dilakukan dalam rangka menghormati seorang tokoh adat atau kepala suku atau ondoafi dan bisa juga dalam pesta dat seperti pengukuhan kepala suku. Kegiatan pelarangan dan pencabutan larangan ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan atau satu tahun.
Baca Juga : Perempuan AMAN Apresiasi Kampung Adat Kabupaten Jayapura
Proses pencabutan larangan ini hanya dapat dilakukan oleh seorang kepala keret atau marga pemilik kawasan tersebut yang identik dengan halam rumah mereka,”ujar pemandu ketika menjelaskan arti ritual adat perempuan ini kepada peserta perempuan adat nusantara yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Ketua Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Devy Anggrainy mengatakan tari tarian seperti ritual adat yang dipentaskan ini merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki perempuan adat di kampung yang terus dijaga dan dilestarikan sekaligus diwariskan kepada generasi penerus.
Ini suatu momentum yang menurut kami bersejarah, baru saat ini kami bisa ada di Papua berkumpul secara lengkap dengan 7 region berkumpul langsung dengan perempuan-perempuan adat di papua khususnya di wilayah adat Tabi dengan beragam keunikan dan keterampilan yang ada.
Lanjut kata Devi, Ini PR yang sebenarnya sudah lama kami ingin ke Papua dan hari ini terjawab. Terimakasih kepada mama-mama dan kakak-kakak di papua khususnya di wilayah adat Tabi sebagai tuan rumah yang telah menerima kami,”ujarnya dalam sambutan yang dihadiri langsung oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, SE,. M,Si.
Baca Juga : Maluku Perserta KMAN VI Pertama yang Tiba di Tanah Tabi
Workshop kata Devy merupakan bengkel dimana membicarakan tentang perlindungan dan pemenuhan kepada perempuan adat teruama berbicara soal hak kolektif, karena hampir tidak pernah dibicarakan dalam berbagai ruang.
Untuk itu hak perempuan adat menjadi penting karena perempuan adatlah yang memainkan peran dalam segala sektor pembangunan di wilayah kampung adat.
Penekanan lainnya juga dikatakan ibu Kristino Sawa dari Samdhana Institut mengatakan bahwa perempuan adat sejatinya harus mengisi kedaulatan kampung-kampung adat dengan cara membangkitkan semangat kebersamaan dan kerja sama kolektif seluruh elemen perempuan adat di tanah air.
“Perempuan adat akan kuat jika selalu bekerja sama, jika kita bekerja sendirian kita tidak akan kuat. Dan sebagai perempuan adat di dunia ini, secara khususnya di Indonesia seperti dalam himne AMAN mengajak untuk bersatu itu artianya sesuatu yang akan kita tuju dan Indonesia ini tidak akan kuat tanpa adanya perempuan dan kerja sama, dan idak ada masa depan tanpa kita di dalamnya,” tuturnya.
Editor: Isco LoveSumber: MC - KMAN