Oleh : Stave Dumbon ( Penulis adalah Mantan Wartawan dan juga mantan Sekretaris Asprov dan Mantan Ketua Komisi Disiplin Asprov PSSI Papua )
Belum hilang dari ingatan kita pencinta sepakbola tanah air khususnya pencinta Klub Persipura Jayapura,tanggal 31 Maret 2022 adalah hari yang kelam bagi Klub Besar tanah air bahkan dikawasan Asia yakni Persipura Jayapura. Di Hari Naas tersebut Persipura melengkapi kuota 3 tim Liga 1 ke Liga 2 selain Persiraja Banda Aceh dan Persela Lamongan yang harus turun kasta alias degradasi ke Kompetisi Liga 2 musim 2022 /2023 mendatang.
Semua pihak menyayangkan Persipura harus mengalami nasib buruk, terdegradasi setelah 28 tahun berkiprah di kasta tertinggi sepakbola nasional. Muncul saling tuding, saling menyalahkan bahkan saling menggugat. Dan ada yang ingin tampil sebagai pahlawan disiang bolong. Namun apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur dan bubur itu harus dimakan dengan mengubah bentuk seperti menjadi bubur ayam atau bubur manado misalnya, agar tetap bisa dimakan dan enak rasanya.
Dan itulah nasib yang harus dialami Tim Sepakbola sebesar Persipura Jayapura. Semua kalangan pencinta sepakbola ditanah air ( bukan saja di Papua ) termasuk kalangan pengurus PSSI Pusatpun ikut sedih melihat tim sehebat Persipura bisa terdegradasi.
Kurnia Mega , mantan penjaga gawang Arema FC dan Kiper langganan Timnas Indonesia saja sampai ikuti sedih mendengar Tim Persipura harus degradasi. Kurnia mengaku rindu melihat penampilan anak anak Papua di Tim Persipura tampil di kompetisi Liga 1 bahkan yang bergabung dengan timnas Indonesia.
Kurnia Mega bercerita saat berjumpa Persipura di Stadion Kanjuruhan Malang musim kompetisi tahun 2002/2003. Saat itu gawang Arema FC yang dikawalnya dibobol 5 kali tanpa balas alias kalah 0-5 . Padahal, saat itu timnya Arema FC bertindak selaku tuan rumah. Kurnia Mega mengaku saat itu dia sedih karena timnya kalah 0-5 tetapi sekarang Kurnia Mega mengaku ikut sedih karena tidak bisa lagi menyaksikan anak anak Papua di tim Persipura tampil di Kompetisi Kasta Tertinggi di tanah air Liga 1.
Semua orang beranggapan dan menuduh Menejer Persipura saat itu saudara Ridwan Bento Madubun sebagai biang kerok terdegradasinya Persipura karena keputusannya untuk melarang tim bertanding melawan Madura United pada tanggal 21 Pebruari 2022. Akibatnya PT Liga Indonesia Baru sebagai Operator Kompetisi menjatuhkan sanksi memenangkan Madura United 3-0 dan mengurangi 3 point Persipura. Padahal bila ditilik lebih dalam lagi, sebetulnya adalah “ diatas langit masih ada langit”.
Menejer Ridwan Bento Madubun hanya korban Gaya Kepemimpinan Tirani yang dalam Klub Persipura Jayapura.
Bento hanya menjalankan perintah petinggi diatasnya yang memiliki kekuasaan penuh yang berada ditangan satu dua orang. Muncul saling melempar tanggungjawab dan cuci tangan atas kesalahan tersebut. Agar tidak menjadi bulan bulanan masyarakat pencinta Persipura, tiba tiba saja tanpa ada angin tanpa ada hujan, muncul nama Jan Permenas Mandenas, seorang politikus muda Papua yang sedang naik daun di Lembaga Perwakilan Rakyat Komisi I DPR RI Senayan Jakarta sebagai Menejer Baru Persipura Jayapura menggantikan Ridwan Bento Madubun untuk melindungi Pemimpin Tirani tadi.
Kita tahu, Jan P. Mandenas adalah seorang anak muda yang selain lihai didunia politik tapi juga tergolong “ Orang Gila Bola “. Tetapi , apakah Menejer baru Jan . P. Mandenas paham betul benang kusut yang ada di tubuh Klub Persipura Jayapura selama ini.? Karena itu, beberapa hari setelah ditunjuk menjadi Menejer Baru Persipura Jayapura, tepatnya pada tanggal 9 April 2022, saya secara pribadi langsung mengirim 7 ( tujuh ) pesan Watchup kepada Bapak Jan .P. Mandenas yang intinya “ Jangan pernah “masuk ke Persipura hanya untuk mencuci piring kotor bekas orang lain habis makan enak dan berpesta pora disana “. Karena didalam Klub ( dan mungkin juga didalam PT Persipura ) masih ada Tirani kecil yang terus tumbuh berakar kuat yang mengakibatkan kehancuran bagi Klub Persipura Jayapura.
Muncul Gejala Tirani di sepakbola Papua
Ternyata Budaya Malu hanya berlaku dikalangan Orang Eropa, Amerika dan sebagian Bangsa Asia Timur seperti Jepang, Korea, China dan beberapa Negara Asia Timur lainnya. Budaya Malu itu sepertinya Tidak berlaku bagi Bangsa Indonesia termasuk Orang Papua.
Kalau di Negara lain yang bangsanya memiliki Budaya Malu, apabila dia gagal melaksanakan Amanat, tanpa diminta dan atas kesadaran diri sendiri, dia akan mundur dan meletakkan jabatannya. Berbeda dengan kita Bangsa Indonesia, walaupun sudah jelas-jelas gagal akan tetapi dengan berbagai dalih dia akan tetap berupaya untuk mempertahankan kekuasaannya. Dan itulah yang terjadi didalam organisasi sepakbola di Papua akhir-akhir ini baik di tubuh Klub Persipura maupun organisasi Asprov PSSI Papua.
Dan masih segar dalam ingatan kita semua, rasa sakit hati kita semua pencinta Persipura karena Klub kebanggaan kita Persipura terdegradasi ke Liga 2 akibat ulah Tirani yang terjadi di tubuh Klub Persipura Jayapura, sekarang sudah muncul lagi gejala Tirani di Asosiasi Provinsi ( Asprov ) PSSI Papua yang sedang bersiap-siap menggelar Kongres Pemilihan Ketua beserta Anggota Executive Commite Aspov PSSI Papua pada tanggal 24 Mei 2022 mendatang.
Agar memuluskan rencana Tirani itu, kaum Tirani sudah membuat Skenario agar endingnya nanti hanya muncul Calon Tunggal Ketua Umum Asprov PSSI Papua. Padahal yang digadang gadang menjadi Calon Tunggal Ketua Asprov PSSI Papua periode 2022-2026 adalah yang saat ini menjabat Ketua Umum Asprov PSSI Papua sejak periode 2013-2017 dan 2017-2022. Jadi setelah menghancurkan Persipura degradasi ke Liga 2 , sekarang mau kembali bercokol lagi di Asprov PSSI Papua untuk periode ke-3 kali nya.
Skenario yang dirancang untuk melanggengkan Tirani Sepakbola di Asprov PSSI Papua adalah ;
- Pengumuman Pendaftaran Calon Ketua Asprov PSSI periode 2022-2026 tidak dilakukan secara terbuka untuk umum tetapi dilakukan secara tertutup dengan cara formulir pendaftaran Calon Ketua Umum dikirim secara diam diam langsung ke email Votter ( pemilik suara ) Klub dan Asosiasi PSSI Kabupaten / Kota.
Anehnya didalam email tersebut sudah diarahkan agar langsung menyebut Nama Oknum yang sudah digadang-gadang menjadi Ketua Asprov PSSI Papua periode 2022-2026.
Dengan demikian, masih banyak kader potensial yang pantas dan layak memimpin organisasi Asprov PSSI Papua tetapi tidak diberi peluang dan kesempatan untuk mendaftarkan diri dan mereka juga tidak tahu kalo pendaftaran Calon Ketua Asprov PSSI Papua sudah dibuka dan ditutup pada bulan Maret 2022. - Kongres Pemilihan Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan Ketua dan Anggota Exco PSSI Papua periode 2022-2016 yang seharusnya dilakukan sebelum membuka Pendaftaran Calon Ketua Umum dan Anggota Exco Asprov PSSI Papua, kabarnya tidak pernah ada. Bahkan salahsatu anggota Komite Pemilihan mengaku tidak tahu tiba tiba ditunjuk menjadi salahsatu Anggota Komite Pemilihan pada bulan April 2022 atau satu bulan setelah pendaftaran telah ditutup yakni pada bulan Maret 2022. Dengan demikian , pekerjaan Membuka Pendaftaran , Menyeleksi Berkas berkas Calon dan lain lain sampai dengan proses Pemilihan Ketua dan Anggota Exco Asprov PSSI Papua dilakukan oleh Komite Pemilihan, bukan oleh Asprov PSSI Papua. Termasuk apabila ada keberatan dari Para Calon yang merasa dirugikan oleh Komite Pemilihan , dapat mengajukan Banding ke Komite Banding Pemilihan. Jadi semua proses ini dilakukan oleh Komite Pemilihan dan Komite Banding Pemilihan yang dipilih melalui Kongres , tidak asal menunjuk orang untuk duduk dalam komite Pemilihan maupun Komite Banding Pemilihan.
- Pada saat mendaftar , kepada Calon yang mendaftar tidak diberikan formulir syarat2 yang harus dipenuhi calon yang akan mendaftar. Kelihatannya ini memang sengaja sudah diskenariokan dan sudah diatur demikian rupah agar pada saat verifikasi calon yang bersangkutan digugurkan dengan salahsatu syarat yang sengaja disembunyikan agar setelah calon itu gugur secara otomatis muncul hanya calon tunggal demi melanggengkan kepemimpinan Tirani Sepakbola di Papua.
- Sampai saat ini Komite Pemilihan maupun Asprov PSSI Papua sangat tertutup dan tidak terbuka kepada publik , siapa saja Votter ( Pemilik Suara ) dari Klub Liga 3 dan Asossiasi PSSI Kabupaten / Kota yang memiliki Hak suara didalam Kongres Pemilihan Ketua dan Anggota Axco Asprov PSSI Papua priode 2022-2026 nanti. Sebenarnya apa yang ditakutkan dan disembunyikan dari Daftar Nama Votter tadi karena hal itu sudah diatur dalam Statuta maupun PO PSSI seperti Klub yang memiliki hak suara adalah mereka yang aktif mengikuti kompetisi dalam 3 musim kompetisi. Atau bagi Asosasi PSSI Kabupaten / Kota , mereka yang memiliki Hak Suara atau Votter adalah mereka yang kepengurusannya masih berlaku dan aktif menyelenggarakan kegiatan sepakbola di wilayahnya.
Dari empat catatan tersebut, sudah tergambar jelas bahwa ada skenario terselubung oleh kelompok Tirani Sepakbola Papua yang setelah menghacurkan Persipura, mereka ingin kembali tetap melanggengkan kekuasaannya bercokol di sepakbola melalui Organisasi Asprov PSSI Papua. Dan satu hal yang sudah terlihat jelas Skenario Kelompok Tirani Sepakbola Papua ini adalah bahwa mereka akan menjadikan sepakbola sebagai Kuda Tunggangan mereka untuk kepentingan Politik menuju tahun 2024.*